Kamis, 14 Februari 2013

Dewi Kumandang (Asal Mula Gema)

Pada jaman dahulu kahyangan adalah tempat dimana para bidadari yang berparas jelita dan dewa-dewa tinggal. Adalah seorang bidadari yang memiliki wajah paling jelita bernama Dewi Kumandang. Sesuai namanya, selain cantik, Dewi kumandang pun bersuara merdu mendayu. Meski banyak bidadari lain yang iri akan kecantikannya, namun banyak pula bidadari yang akrab dengannya. Itu karena Dewi Kumandang tidak pernah sombong dengan kelebihannya dan selalu ramah pada siapapun. 
 
Salah satu bidadari yang membencinya adalah istri Betara Guru yang merupakan raja para bidadari dan dewa-dewa. Pasalnya Betara Guru terlihat jelas sangat menyukai Dewi Kumandang. Setiap hari selama berjam-jam betara Guru menghabiskan waktunya di taman sari hanya untuk mendengar dan melihat Dewi Kumandang menyanyi dan menari bersama teman-temannya. 
 
Tidak hanya betara Guru yang tertarik pada Dewi Kumandang. Dewa-dewa lain pun telah banyak yang menawarkan cintanya, namun selalu ditolak dengan halus olehnya. “Saya masih belum mengerti masalah cinta,” katanya selalu. “Saya masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman tanpa beban.” 
 
Namun isti betara Guru tidak percaya akan keluguan Dewi Kumandang. Menurutnya Dewi Kumandang hanya berpura-pura lugu untuk menarik hati para peminatnya. Hari ke hari bencinya kepada Dewi Kumandang semakin besar, hingga timbullah niat jahat di hatinya. “Akan kucelakakan dia,” batinnya. 
 
Berbagai cara dilakukan untuk mencelakankan Dewi Kumandang, namun usahanya selalu gagal karena Dewi Kumandang selalu ditolong oleh teman-temannya. Hingga ssuatu hari saat Dewi Kumandang sedang mandi di telaga sendirian, istri betara Guru menghampirinya.

“Hai Dewi Kumandang! Kau bidadari rendahan! Bisamu hanya menggoda suami orang lain,” katanya.
“Wahai betari, ada apa gerangan paduka memarahiku? Apa kesalahanku?” tanya Dewi Kumandang.

“Ah, jangan pura-pura lugu. Bukankah kau sengaja menggoda para dewa dengan kecantikan dan suaramu? Hingga suamiku tergila-gila olehmu!” bentaknya. “Aku tidak akan menghabiskan energiku dengan bertengkar denganmu. Dewi kumandang, aku tidak suka suaramu yang menggoda itu, maka sejak saat ini, aku mengutukmu! Kau tidak akan lagi bisa berbicara apalagi bernyanyi. Kau hanya bisa menirukan satu patah kata terakhir yang terdengar di telingamu!” 
 
Petir menggelegar selepas istri betara Guru melepaskan kutukannya. Dewi Kumandang ingin berteriak membela dirinya, namun tidak ada suara yang terdengar dari bibirnya. Tahulah ia bahwa kutukan itu sudah terjadi. Dewi Kumandang sangat bersedih, namun apa daya istri betara Guru adalah bidadari yang sangat sakti. Tidak ada yang bisa menolongnya mencabut kutukan tersebut. 
 
Sejak saat itu Dewi Kumandang selalu bersembunyi. Dia malu dan takut dengan keadaannya. Akhirnya suatu malam Dewi Kumandang meninggalkan kahyangan dan turun ke bumi. Di bumi Dewi kumandang bersembunyi di sebuah gunung yang terjal. Dia pikir tidak akan ada yang datang ke tempat seperti itu. Namun suatu pagi dia menemukan seorang pemuda yang sangat tampan tergeletak pingsan di dasar jurang. Karena kasihan Dewi Kumandang menolongnya hingga pemuda itu siuman. Pemuda itu terkejut melihat seorang gadis yang sangat cantik di hadapannya.
“Hai, siapakah kau?” tanya pemuda.
Pemuda itu heran karena gadis itu bukannya menjawab malah menutup mulutnya erat-erat.
“Jangan takut!” kata pemuda. “Aku hanya ingin berterima kasih.”
Dewi Kumandang yang takut menirukan suara si pemuda, lari meninggalkan si pemuda yang terkejut melihat tingkahnya. Dengan susah payah pemuda itu berusaha mengejar Dewi kumandang.
“Tunggu!” kata pemuda.
“Tungguuuu…..” sahut Dewi Kumandang menirukan suara pemuda itu.
“Tunggu Dewi!”
“Dewiiii….” sahutnya.
Dewi Kumandang berlari semakin cepat hingga pemuda itu tidak bisa mengejarnya. Sejak saat itu Dewi Kumandang tidak pernah menampakkan diri. Kita hanya tahu keberadaannya kalau kita berteriak di pegunungan. Jika teriakan kita ada yang meniru atau berkumandang, artinya di sanalah Dewi Kumandang berada. 
 
(SELESAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar