Pada jaman dahulu kahyangan adalah tempat dimana
para bidadari yang berparas jelita dan dewa-dewa tinggal. Adalah
seorang bidadari yang memiliki wajah paling jelita bernama Dewi
Kumandang. Sesuai namanya, selain cantik, Dewi kumandang pun bersuara
merdu mendayu. Meski banyak bidadari lain yang iri akan kecantikannya,
namun banyak pula bidadari yang akrab dengannya. Itu karena Dewi
Kumandang tidak pernah sombong dengan kelebihannya dan selalu ramah
pada siapapun.
Salah satu bidadari yang
membencinya adalah istri Betara Guru yang merupakan raja para bidadari
dan dewa-dewa. Pasalnya Betara Guru terlihat jelas sangat menyukai Dewi
Kumandang. Setiap hari selama berjam-jam betara Guru menghabiskan
waktunya di taman sari hanya untuk mendengar dan melihat Dewi Kumandang
menyanyi dan menari bersama teman-temannya.
Tidak
hanya betara Guru yang tertarik pada Dewi Kumandang. Dewa-dewa lain
pun telah banyak yang menawarkan cintanya, namun selalu ditolak dengan
halus olehnya. “Saya masih belum mengerti masalah cinta,” katanya
selalu. “Saya masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman tanpa
beban.”
Namun isti betara Guru tidak percaya
akan keluguan Dewi Kumandang. Menurutnya Dewi Kumandang hanya
berpura-pura lugu untuk menarik hati para peminatnya. Hari ke hari
bencinya kepada Dewi Kumandang semakin besar, hingga timbullah niat
jahat di hatinya. “Akan kucelakakan dia,” batinnya.
Berbagai
cara dilakukan untuk mencelakankan Dewi Kumandang, namun usahanya
selalu gagal karena Dewi Kumandang selalu ditolong oleh teman-temannya.
Hingga ssuatu hari saat Dewi Kumandang sedang mandi di telaga
sendirian, istri betara Guru menghampirinya.
“Hai Dewi Kumandang! Kau bidadari rendahan! Bisamu hanya menggoda suami orang lain,” katanya.
“Wahai betari, ada apa gerangan paduka memarahiku? Apa kesalahanku?” tanya Dewi Kumandang.
“Ah, jangan pura-pura lugu. Bukankah kau sengaja menggoda para dewa dengan kecantikan dan suaramu? Hingga suamiku tergila-gila olehmu!” bentaknya. “Aku tidak akan menghabiskan energiku dengan bertengkar denganmu. Dewi kumandang, aku tidak suka suaramu yang menggoda itu, maka sejak saat ini, aku mengutukmu! Kau tidak akan lagi bisa berbicara apalagi bernyanyi. Kau hanya bisa menirukan satu patah kata terakhir yang terdengar di telingamu!”
Petir
menggelegar selepas istri betara Guru melepaskan kutukannya. Dewi
Kumandang ingin berteriak membela dirinya, namun tidak ada suara yang
terdengar dari bibirnya. Tahulah ia bahwa kutukan itu sudah terjadi.
Dewi Kumandang sangat bersedih, namun apa daya istri betara Guru adalah
bidadari yang sangat sakti. Tidak ada yang bisa menolongnya mencabut
kutukan tersebut.
Sejak saat itu Dewi
Kumandang selalu bersembunyi. Dia malu dan takut dengan keadaannya.
Akhirnya suatu malam Dewi Kumandang meninggalkan kahyangan dan turun ke
bumi. Di bumi Dewi kumandang bersembunyi di sebuah gunung yang terjal.
Dia pikir tidak akan ada yang datang ke tempat seperti itu. Namun
suatu pagi dia menemukan seorang pemuda yang sangat tampan tergeletak
pingsan di dasar jurang. Karena kasihan Dewi Kumandang menolongnya
hingga pemuda itu siuman. Pemuda itu terkejut melihat seorang gadis
yang sangat cantik di hadapannya.
“Hai, siapakah kau?” tanya pemuda.
Pemuda itu heran karena gadis itu bukannya menjawab malah menutup mulutnya erat-erat.
“Jangan takut!” kata pemuda. “Aku hanya ingin berterima kasih.”
Dewi Kumandang yang takut menirukan suara si pemuda, lari meninggalkan si pemuda yang terkejut melihat tingkahnya. Dengan susah payah pemuda itu berusaha mengejar Dewi kumandang.
“Tunggu!” kata pemuda.
“Tungguuuu…..” sahut Dewi Kumandang menirukan suara pemuda itu.
“Tunggu Dewi!”
“Dewiiii….” sahutnya.
“Hai, siapakah kau?” tanya pemuda.
Pemuda itu heran karena gadis itu bukannya menjawab malah menutup mulutnya erat-erat.
“Jangan takut!” kata pemuda. “Aku hanya ingin berterima kasih.”
Dewi Kumandang yang takut menirukan suara si pemuda, lari meninggalkan si pemuda yang terkejut melihat tingkahnya. Dengan susah payah pemuda itu berusaha mengejar Dewi kumandang.
“Tunggu!” kata pemuda.
“Tungguuuu…..” sahut Dewi Kumandang menirukan suara pemuda itu.
“Tunggu Dewi!”
“Dewiiii….” sahutnya.
Dewi Kumandang berlari
semakin cepat hingga pemuda itu tidak bisa mengejarnya. Sejak saat itu
Dewi Kumandang tidak pernah menampakkan diri. Kita hanya tahu
keberadaannya kalau kita berteriak di pegunungan. Jika teriakan kita
ada yang meniru atau berkumandang, artinya di sanalah Dewi Kumandang
berada.
(SELESAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar